Nanyang Bridge Media

WAWASAN

Budaya Tionghoa dalam Film Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia, karena menandakan keragaman etnis dan budaya Indonesia yang luas dan visi mereka untuk hidup bersama dalam damai. Ada lebih dari 300 keragaman etnis di Indonesia dan Tionghoa adalah bagian dari keragaman etnis dan budaya yang tak terhitung jumlahnya ini.

Nenek moyang Tionghoa-Indonesia sebagian besar berasal dari China bagian selatan, karena mereka biasanya dapat mencapai Indonesia melalui laut untuk tujuan ekonomi. Seperti berabad-abad yang lalu, budaya mereka telah bercampur dengan penduduk setempat dan sekarang menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Ada produsen yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mempromosikan budaya Tionghoa di Indonesia untuk mendukung motto Indonesia.

Itulah beberapa film Indonesia yang menggunakan budaya Tionghoa sebagai tema utamanya.

1. Karma (2008)

 


Karma adalah film horor yang diproduksi pada tahun 2008 dan dibintangi oleh Agisca Diyose, Joe Taslim, HIM Damsyik, Henky Solaiman, Verdi Solaiman dan Jonathan Mulia. Film ini merupakan film pertama yang mengangkat tema budaya Tionghoa-Indonesia.

2. CINTA (2009)

 

Cinta beda agama selalu menjadi topik hangat, terutama di Indonesia. Disutradarai oleh Steven Facius Winata, film ini berkisah tentang seorang pria Tionghoa-Indonesia (Verdi Solaiman) dan seorang wanita Muslim (Titi Rajo Bintang). Dengan demikian menjadi kisah hubungan antaragama yang epik dan menyentak.

3. Cai Lang Gong (2015)

 

Sebuah film horor Indonesia yang disutradarai dan ditulis oleh David Poernomo menawarkan cerita yang mendebarkan. Cai Lan Gong atau Jelangkung dalam bahasa Indonesia adalah permainan/ritual pemanggilan roh. Orang melakukan ritual ini untuk memanggil roh mati ke boneka yang disebut Jelangkung.

4. Ngest (2015)

 

Ngenest adalah film yang dibintangi oleh Ernest Prakarsa, yang menceritakan tentang kisahnya tumbuh dalam keluarga etnis Tionghoa. Dia dibesarkan di Era Orde Baru ketika orang Tionghoa banyak didiskriminasi. Film yang ringan dan menyenangkan untuk ditonton sambil menunjukkan tradisi dalam keluarga Tionghoa-Indonesia.

5. Pahlawan Diam (2015)

 

Silent Hero(es) yang diproduksi oleh Duckochan Pictures, adalah film Indonesia pertama yang menggunakan bahasa Mandarin. Meski film ini menggunakan bahasa Mandarin, namun mereka menggunakan aktor dan aktris Indonesia. Ceritanya terutama tentang perjuangan 2 anak muda untuk melestarikan budaya Tionghoa di Indonesia. Film ini mengambil setting di Hongkong, Singkawang, Singapura dan Jakarta. Selain bahasa Mandarin. Selain bahasa Mandarin, film ini menggunakan bahasa lain seperti Hakka, Indonesia dan Singlish.

Karena tidak semua orang berbahasa Mandarin atau Hakka atau mungkin Singlish, maka produser menambahkan subtitle bahasa Indonesia ke dalam film ini, untuk memastikan bahwa orang Indonesia pada umumnya dapat menikmati film ini. Ini adalah salah satu alasan mengapa kami membutuhkan subtitle di video kami, Anda dapat memeriksa alasan lain di artikel kami 5 Alasan Mengapa Video Anda Perlu Subtitle

6. Cek Toko Sebelah (2016)

 

Film lain oleh Ernest Prakarsa. Film berorientasi keluarga ini sarat dengan pesan moral tentang menghormati orang tua. Di Cek Toko Sebelah, kita bisa melihat bagaimana kerja keras seorang ayah membangun usaha kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan penolakan anak-anaknya untuk meneruskan warisan.

7. Barongsai Terakhir (2017)



Diproduseri oleh Rano Karno, film ini ingin memberitahu kita bahwa pendidikan dan budaya bukan hanya untuk pertunjukan. Dinamika keluarga dalam film ini tergambar dengan baik, karena tidak hanya satu karakter tetapi mereka semua memiliki masalah dan perjuangan mereka sendiri untuk menemukan jalan keluarnya.

8. Pai Kau (2018)



Pai Kau adalah kisah tentang pernikahan antara putri kaya dan terkenal dari seorang pengusaha bernama Lucy dan seorang pria tampan bernama Edy. Di hari pernikahan mereka, seorang wanita bernama Siska ingin merusak pernikahan mereka. Dia menyelinap ke pernikahan untuk melakukan perbuatannya sebagai balas dendam terhadap Edy. Film ini sarat dengan konflik cinta dan budaya Tionghoa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Klien dan Mitra kami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terima kasih telah berlangganan!

Anda telah berhasil mendaftar untuk buletin kami.

Bersiaplah untuk menerima konten menarik!

Terima kasih!

Anda akan segera mendengar kabar dari kami.

Pantau terus!

Berlangganan buletin kami dan dapatkan pemberitahuan

untuk tetap update

Terima kasih telah berlangganan!

Anda telah berhasil mendaftar untuk buletin kami.